Jumat, 21 Oktober 2011

TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN BERSIRIP
Diktat Kuliah Semester III/TAK/2010-2011
I.  Pendahuluan
Usaha penangkapan ikan dari laut maupun dari perairan umum air tawar, telah menyebabkan menurunnya populasi ikan yang dikuatirkan cenderung semakin menurun. Sehingga budidaya perikanan sangat penting dilakukan untuk meningkatkan produksi perikanan dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan sumber protein hewani yang semakin bertambah. Selain untuk meningkatkan produksi, beberapa ikan tertentu dari perairan umum ada yang telah menunjukkan gejala terancam punah yang antata lain akibat penangkapan ikan yang terlalu banyak (over fishing). Jenis tertentu yang terancam punah itu harus diupayakan pembudidayaannya, terutama mengusahakan pembiakannya atau pembenihan secara buatan dan terkontrol. Oleh karena itu, kegiatan pembenihan sangat perlu dikembangkan dalam rangka meningkatkan produksi benih untuk keperluan budidaya secara cukup dan berkesinambungan serta untuk menjaga kelestarian populasinya.

II.   Teknologi Pembenihan Ikan Bersirip:

Kegiatan-kegiatan Pembenihan meliputi :
  1. Seleksi induk, pemeliharaan dan penanganan calon induk ikan sampai matang gonod dan siap untuk dipijahkan.
  2. Mengadakan pemijahan ikan di dalam kolam pemeliharaan secara terkontrol, baik dengan rangsangan/suntikan hormon maupun hanya dengan cara menipulasi lingkungan sedemikian rupa sehingga ikan-ikan mau/dapat memijah didalam kolam/bak pemeliharaan secara terkontrol.
Sementara orang menganggap bahwa “pemijahan ikan secara buatan” itu selalu dengan injeksi hormon. Sebenarnya, pemijahan di dalam kolam/bak yang diatur oleh manusia dengan cara meyiapkan/mengadakan tempat bertelur (sarang/kakaban), supaya ikan menjadi terangsang untuk memijah ; kegiatan seperti itu juga termasuk pembiakan buatan, karena terjadi diluar lingkungan alamiahnya.
  1. Mengadakan fertilisasi buatan dengan cara stripping yaitu mengurut perut ikan betina dan jantan, menampung/mencampur telur dan sperma di dalam suatu wadah, supaya terjadi pembuahan telur dalam wadah tersebut.
  2. Mengumpulkan telur  yang telah dibuahi tersebut di dalam tempat penetasan yang khusus dan terkontrol, agar supaya telur dapat menetas dengan derajat penetasan setinggi mungkin, karena di tempat terkontrol itu sifat-sifat kimia dan fisika airnya serba terkendali sesuai dengan kebutuhan telur untuk menetas (kadar oksigen tinggi, air jernih, bebas pencemaran, sinar tidak terlalu kuat, suhu stabil antara 25 – 29˚C dan bebas dari hama/penyakit yang mengganggu).
  3. Memelihara larva yang baru menetas dan keadaannya masih lemah dan belum sempurna itu, agar selalu memperoleh oksigen cukup, airnya bersih/jernih, suhu stabil terlindung dari sinar matahari yang kuat, bebas polusi dan hama penyakit.
  4. Menyediakan pakan yang memenuhi syarat (kualitas dan kuantitasnya) sehingga burayak (post larva) ikan dapat menangkap dan menelan pakan yang tersedia. Di dalam praktek sering terjadi larva banyak mati ketika kantong kuning telurnya habis terserap, larva itu mulai makan, tetapi pakan tidak memenuhi syarat (urutan pakan harus cukup kecil agar dapat ditangkap oleh larva ikan yang masih lemah geraknya), sehingga larva ikan banyak mati kelaparan. Inilah masa krisis bagi benih ikan. Disaat ini peternak ikan harus memelihara benih ikan secara lebih cermat.
  5. Memelihara benih kebul (yang ukurannya masih kecil) di dalam bak kolam pendederan yang kualitas airnya terkendali, cukup pakan yang memenuhi syarat dalam kualitas dan kuantitas untuk pertumbuhan anak ikan, bebas dari serangan hama penyakit, sehingga dapat dihasilkan benih ikan dalam ukuran gelondongan (fingerling) yang cocok untuk ditebarkan/dipelihara di kolam atau yang sesuai dengan permintaan/kebutuhan petani yang akan membesarkan benih itu lebih lanjut.
Aspek biologi ikan yang perlu dipelajari ialah :
1.     Pengenalan jenis ikan, menurut sistematika zoologi. Tanda-tanda pengenalan jenis harus dicocokkan dengan anatomi dan morfologi dari sesuatu jenis ikan yang hendak dibudidayakan itu, agar nama jenis (spesies) nya tidak salah. Disusul dengan pembedaan ikan jantan dan betinanya. Kesalahan dalam membedakan jenis kelamin dalam suatu spesies, akan menyebabkan kegagalan dalam perkawinannya kelak.
2.    Daur (siklus) hidup. Seorang peternak ikan harus berusaha untuk mengetahui bagaimana daur hidup spesies ikan yang diternakannya. Bagaimana daur hidup jenis ikan itu terjadi di alam aslinya. Kemudian bagaimana cara pembiakan didalam lingkungan pemeliharaan. Tahapan (stadia) kehidupan ikan pada umumnya, adalah :
Ø  Tahapan telur yang telah dibuahi. Di daerah beriklim tropika seperti di Indonesia dimana suhu rata2 berkisar antara 25–30 º C, telur ikan menetas dalam waktu 24–48 jam (semakin tinggi suhu semakin cepat menetas).
Ø  Larva (burayak) ialah anak ikan yang baru menetas dari telur. Masih menyerap kuning telurnya, belum dapat mengambil pakan dari luar. Bentuk dan organ tubuhnya belum sempuna. Insang, alat pencernaan dan gelembung renangnya belum berfungsi dan belum dapat berenang. Waktu lamanya sampai habis kuning telurnya terserap dan saat metamorfosa menjadi bentuk pasca larva, tergantung dari suhu air dan speciesnya. Untuk iklim tropika pada umumnya dengan suhu air 25 – 30 o C masa larva berlangsung selama 24  - 40 jam. Hal itu harus dipelajari karena untuk berbagai species ikan sifat-sifatnya berbeda. Jadi memerlukan penanganan yang berbeda pula.
Ø  Pasca larva, disebut burayak yakni anak ikan yang telah melampaui masa larva, dimana organ-organ tubuh anak ikan tersebut telah sempurna. Pada tahap ini anak ikan telah dapat makan, bernafas dengan insang dan dapat berenang dengan baik. Pada awal-awal peralihan dari stadia larva, pasca larva (burayak) ini umumnya mendapat kesulitan dalam mencari dan menelan pakannya karena gerakan renangnya masih lemah, dan bukaan mulutnya masih amat kecil. Pada hari ke 1–4 haruslah disediakan pakan yang butirnya kecil sesuai dengan bukaan mulutnya. Pakan harus mengandung gizi yang sempurna karena amat diperlukan untuk pertumbuhan awal. Untuk itu pakan yang baik adalah pakan alami yaitu binatang Protozoa dan Rotifera dengan ukuran  2 – 5 mikron. Binatang Protozoa dan Rotifera yakni zooplankton yang sangat kecil tersebut harus dikultur secara khusus untuk keperluan pakan burayak. Apabila pakan buatan perlu diberikan, biasanya diberi pakan buatan berupa kuning telur ayam yang sudah direbus dan dibuat suspensi. Tetapi suspensi kuning telur ini cepat menyebabkan airnya menjadi busuk, karena itu air pemeliharaan harus segera diganti setiap kali habis diberi pakan. Pakan buatan yang lebih baik untuk burayak adalah berupa mikropelet yang dibuat khusus untuk post larva ikan dan udang, dengan komposisi yang ideal. Harganya cukup mahal, sehingga tidak dianjurkan jika harga ikannya sendiri murah. Walaupun banyak pakan alami tersedia dalam kolam , jika ukurannya terlalu besar, burayak ikan tidak dapat menangkap dan menelannya, akhirnya menyebabkan kematian. Begitupula jika zooplankton gerakannya terlalu cepat, sedang anak ikan masih lemah, maka tidak dapat menangkap zooplankton tersebut.
Ø  Tahap Yuwana (Juvenile). Post larva akan tumbuh relatif cepat menjadi benih ikan ukuran 3 – 5 cm, 6 – 8 cm, 10 – 15 cm yang disebut secara umum (dalam teknik budidaya perikanan) sebagai benih ukuran gelondongan yang dibedakan pula menjadi gelondongan kecil – sedang – besar. Anak ikan ukuran gelondongan besar menurut ilmu biologi disebut tahap Yuwana, yaitu ikan muda yang baru mulai atau belum berkembang organ seksualnya.
Ø  Tahap dewasa, yaitu ikan yang organ seksualnya telah tumbuh dengan sempurna. Pada species tertentu organ seks sekunder (organ seks yang tampak dari luar) tampak jelas, tetapi adapula species ikan yang tidak menampakkan organ seks sekunder dengan jelas, sehingga tidak mudah membedakan jenis jantan dan betinanya. Misalnya ikan discus, bandeng, dan lain-lain. Umur ikan yang telah mencapai dewasa dan ukuran besarnya ketika dewasa berbeda pada berbagai species. Ada ikan yang tidak dapat besar namun telah dewasa dan bertelur ketika ukurannya masih kecil dan berumur beberapa bulan saja. Misalnya ikan mujair, ikan seribu dan banyak jenis ikan hias yang kecil-kecil.
Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah :
Ø  Lingkungan Hidup (habitat) yang cocok untuk setiap stadia hidup ikan. Lingkungan yang bagaimana cocok untuk kehidupan ikan dewasa, bagaimana lingkungan (habitat) untuk bertelur, dilanjutkan dengan perkembangbiakan larva, pembesaran benihnya sampai menjadi dewasa.
Ø  Hama dan penyakitnya, agar supaya hal-hal yang membahayakan kehidupan ikan yang diternakkan itu dapat ditanggulangi.
Ø  Perkembangan kedewasaan kelamin benih kecil/yuwana ikan terjadi dalam 5 tahapan yaitu :
1.     Dara (immature), gonada telah jelas berbentuk kelamin jantan disebut “testes” dan betina disebut “ovarium”.
2.    Dara berkembang atau Pra-dewasa (developing), dimana testes atau ovarium sedang berkembang menuju kepada pembentukan produk seksual yaitu sperma dan/atau telur.
3.    Dewasa atau mulai matang (maturing), dimana di dalam testes atau ovariumnya telah terbentuk sel-sel sperma atau sel telur pada tingkat sempurna (dormant, fase istirahat atau disebut juga tahap/fase matang gonad.
4.    Matang (mature), dimana sperma dan/atau sel telur didalam testes atau ovariumnya telah dalam keadaan bersiap untuk memijah (ovulasi).
5.    Salin (spent), yaitu keadaan ovarium atau testes yang kosong karena telah selesai memijah.
Ø  Perkembangan sel telur dan sperma ikan.
Perkembangan telur di dalam ovarium berlangsung melalui beberapa stadia sebagai berikut :
Stadia 1  : Bakal sel telur yang masih kecil disebut ovogonium (archovogonium). Ukuran sel sama kecil dengan sel-sel tubuh lainnya (8 – 12 µ). Sel ini memperbanyak diri dengan pembelahan mitosis.
Stadia 2  : Sel telur tersebut tumbuh menjadi ukuran 12-20µ dan folikel mulai terbentuk disekeliling sel telur. Folikel tersebut fungsinya memberi makanan dan melindungi telur yang sedang berkembang itu, sehingga diniding sel telur tampak rangkap.
Stadia 3  : Pada stadia ini sel telur tumbuh menjadi lebih besar lagi sampai sebesar 40-200µ dan tertutup di dalam follikel.
Stadia 1, 2 dan 3 ini merupakan tahapan sebelum pengumpulan makanan (nutrient) di dalam telur itu (tahap pre-vitellogenesis).
 Stadia 4 : Pada stadia ini dimulai pembentukan dan pengumpulan kuning telur (yolk) yang disebut proses “vitellogenesis”. Sel telur trus tumbuh menjadi berukuran 200 – 350µ. Di dalam sitoplasmanya terkumpul butir-butir lemak (lipoid).
Stadia 5  : Menandai fase ke 2 dar vitellogenesis. Sitoplasma sekarang penuh dengan butir-butir lipoid dan mulailah pembentukan kuning telur. Ukuran sel telur menjadi 350-500μ.
Stadia 6  :    Ini merupakan fase ketiga dari proses vitellogenesis, dimana lempeng-lempeng kuning telur mendesak butir-butir lipoid ke tepi sel, sehigga terbentuk dua buah cincin. Nukleoli yang berperan dalam pembentukan protein da pengumpulan makanan terlihat menempel pada dinding/membren nukleus. Ukuran telur sekarang 600 – 900μ
Stadia 7  : Proses vitellogenesis selesai, telur menjadi berukuran 900-1000µ. Ketika pengumpulan kuning telur berakhir, nucleoli tertarik ke dalam pusat nucleus. Mikropil (yaitu lubang kecil pada dinding sel telur, sebagai jalan masuk bagi sperma) terbentuk pada stadia ini.
 Stadia 4,5,6 dan 7 disebut stadia vitellogenesis, terbentuk kuning telur yang berkumpul di dalam sel telur itu. Telur ini sekarang secara material telah lengkap. Untuk sampai pada stadia ini, ikan betina memerlukan makanan yang banyak mengandung protein serta suhu lingkingan pada kisaran yang cocok.
Setelah selesainya stadia 7 itu, telur tetap pada keadaan ini untuk  waktu beberapa bulan tanpa perubahan, dan disebut fase “dormant” atau “istirahat” atau dikenal sebagai telur matang gonad.
Fase dormant ini akan berakhir dan terjadilah ovulasi jika terjadi keadaan luar yang cocok, atau sebaliknya telur fase dormant tersebut akan mengalami kerusakan dan di serap bila kondisi yang cocok tidak kunjung datang dalam waktu yang cukup lama.
Ovulasi ialah keadaan dimana telur-telur di dalam ovarium telah lepas dari dinding dan jatuh ke dalam rongga ovarium itu. Jika keadaan ini telah terjadi, maka bila perut ikan diurut ke arah lubang kelamin, telur-telur tersebut akan keluar dengan lancar. Proses ovulasi ini dikendalikan atau dipengaruhi oleh hormon gonadotrofin di dalam tubuh ikan. Sedangkan proses pembentukan hormon tersebut dipengaruhi oleh kondisi alam/lingkungan.


Sifat dan Perilaku Alamiah Pemijahan Ikan
Proses perkembangbiakannya yang harus dipelajari/dikenali secara betul oleh seseorang yang hendak menyelenggarakan pembenihan/pembiakan ikan ialah :
-      Pada umur berapa dan ukuran berapa jenis ikan itu menjadi dewasa. Ada ikan yang sudah dewasa pada ukuran berat beberapa gram saja (misalnya berbagai jenis ikan hias yang kecil-kecil seperti ikan seribu (bungkreung), ikan Moly, Platy, Cupang, Barbus, Neon, dsb.) dan pada umur beberapa bulan saja.
-      Kapan musim pemijahannya dan frekuensi pemijahan berapa kali per – tahun. Didaerah tropika seperti di Indonesia ini kebanyakan ikan memijah 2 kali setahun ialah pada peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan dan dari musim hujan ke musim kemarau. Misalnya ikan bandeng, ikan belanak, ikan tawes, dan berbagai jenis ikan dan udang laut dan ikan perairan umum air tawar. Tetapi ada pula jenis – jenis ikan yang dapat bertelur/memijah beberapa kali dalam setahun bahkan setiap bulan, misalnya ikan mujair, ikan seribu, dll yakni ikan yang bertubuh kecil.
-      Sifat lingkungan dimana ikan tsb. biasa memijah secara alamiah (sifat dari breeding ground). Ada ikan yang memijah di air mengalir dan jernih (contoh: ikan nilem), ada yang memijah di air tergenang dengan membuat sarang, misalnya ikan gurame, ikan lele, dsb. Ada jenis ikan yang memijah ditempat yang baru digenangi air atau didaerah banjir, seperti ikan mas, ikan tawes.
-      Dimana ikan meletakkan telurnya? membuat sarang atau tidak?
Ada ikan yang meletakkan telurnya di dalam sarangnya yang dibuatnya berupa cekungan didasar perairan. Misalnya ikan mujair, ikan nila, dari marga Tilapia (Oreochromis sp). Setelah terjadi pembuahan atau fertilisasi, induknya mengulum dan mengerami telurnya didalam rongga mulut sampai menetas dan barulah induk meninggalkan anaknya setelah burayak cukup kuat berenang. Pola pengasuh anak didalam mulut disebut “mouth breeder”.  Contoh ikan yang membuat sarangnya ialah ikan lele (Clarias batracus), ikan gabus (Ophiocephalus striatus), ikan jambal (Pangasius sp). Ada ikan yang melekatkan telur-telurnya pada sesuatu benda atau daun tumbuhan dalam air, lalu induknya menunggui sambil mengipasi telur dengan siripnya agar telur memperoleh air segar yang banyak mengandung oksigen. Induk akan meninggalkan anaknya setelah anaknya cukup kuat berenang. Contohnya adalah ikan manvis (Pterophylum spp) dan lain-lain.
-      Berapa banyak telur yang dapat dihasilkan dan seberapa ukuran telurnya.
Jumlah atau banyaknya telur yang dihasilkan setiap kg berat badan ikan disebut fekunditas.
Ukuran telur ikan digolongkan menjadi 3 yaitu :
1.     Telur ukuran kecil dengan garis tengah 0,3 – 0,5 mm, fekunditasnya biasanya banyak (100.000 – 300.000 butir) dan tingkat kepedulian induknya kecil (negative parental care). Contohnya : ikan bandeng (Chanos chanos), ikan tawes (Punctius gonionotus), ikan tuna (Thunnus sp), dll.
2.    Telur ukuran sedang dengan garis tengah 0,8 – 1,1 mm, fekunditasnya sedang (100.000 – 300.000 butir) dan tingkat kepedulian induknya sedang. Contohnya : ikan manvis (Pterophylum spp), ikan discus (Symphysodon discus).
3.    Fekunditasnya kecil (5.000 – 50.000 butir) dan tingkat kepedulian induk besar (Positive parental care). Contohnya : ikan gurame (Osphronemus gouramy), ikan lele (Clarias spp), ikan nila (Tilapia niloticus), ikan mujair (Tilapia mossambica).
Dengan mengetahui berbagai sifat dan perilaku alamiah setiap jenis ikan yang hendak dikembangbiakkan, dapatlah dipersiapkan sebaik mungkin persyaratan lingkungan tempat ikan memijah dan peralatannya secara lengkap disesuaikan dengan kebutuhan jenis ikan tertentu. Sebagai contoh, bila hendak memijahkan ikan mas, haruslah disediakan kolam yang telah dikeringkan beberapa waktu dan segera diairi. Ini meniru lingkungan daratan yang terendam karena banjir tempat ikan mas memijah secara alamiah. Dan harus pula disediakan “kakaban” tempat telur-telur melekat
Bila hendak memijahkan ikan gurame, haruslah menyediakan kolam yang dalamnya 75 – 100 cm dan menyediakan induk atau rumput-rumput kering serta tegakan bambu atau kayu dimana ikan gurame itu dapat membuat sarangnya. Tanpa adanya bahan pembuat sarang, ikan gurame tidak akan memijah, walaupun ikan gurame tersebut telah mengandung telur yang matang dan telah ada pejantannya pula.

Teknik Hipofisasi

Hipofisasi artinya menyuntikkan hormon yang diekstrak dari hipofisa ikan donor yang mengandung hormon gonadotrofin yang diproduksi atau terkandung di dalam kelenjar hipofisa tersebut. Tujuannya ialah untuk merangsang ikan yang menerima suntikan (recipient) agar telur-telur dormant yang dikandungnya melanjutkan perkembangan sampai ovulasi disusul pemijahan, tanpa menunggu datangnya faktor-faktor eksternal yang mempengaruhinya
Rangsangan untuk mencapai ovulasi dan pemijahan dengan cara hipofisasi adalah suatu jalan pintas dari pada proses alamiah yang biasanya berlangsung lama dan menunggu musim tertentu. Di alam, ovulasi dan pemijahan ikan diatur oleh hormon gonadotrofin yang diproduksi oleh ikan itu sendiri yang dihasilkan dan disimpan di dalam kelenjar hipofisa. Kelenjar hipofisa itu ialah kelenjar endokrin yang berbentuk bulat kecil sebesar kacang hijau, terletak di bawah otak.
Selain hormon gonadotrofin yang diambil dari kelenjar hipofisa, dapat juga dipergunakan hormon lain, misalnya :
1.      SG (Salmon Gonadotrophin) ialah hormon yang diambil dari hipofisa ikan salmon, diproduksi secara komersial di Kanada (Syndel Laboratory, Vancouver). Dijual dalam bentuk serbuk putih dan harganya tidak begitu mahal.
2.    LH – RH (Luteinizing Hormone – Releasing Hormone) ialah hormon tiruan (sintetis) yang ternyata sangat efektif merangsang kelenjar hipofisa untuk memproduksi hormon gonadotrofin pada ikan. Hormon buatan ini telah dicobakan pada beberapa jenis ikan dan ternyata berhasil mendorong ikan untuk memijah. (Harvey dan Hoar, 1979 ).
3.    HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) ialah hormon yang terdapat di dalam air seni wanita yang sedang hamil, dengan teknik tertentu dapat dipisahkan dan dibuat sediaan berupa cairan yang dijual dalam ampuls. Penyuntikan HCG dilakukan intramuscular dengan dosis 6.000 IU/kg berat badan untuk ikan belanak, hasilnya cukup baik. Dalam hal ini dilakukan 2x suntikan dengan jarak waktu 24 – 48 jam tergantung pada derajat perkembangan telurnya ketika pertama kali disuntik.
4.    Ovaprim, suatu hormon buatan yakni salmon gonadrotopin yang dicampur dengan hormon anti dopamine yang dibuat oleh laboratorium Syndel Canada. Hormon dopamine sifatnya dapat menggagalkan perkembangan telur sehingga dengan diberi/dicampur anti dopamine, jarang sekali terjadi kegagalan proses pematangan gonad.  
5.    Methyltestosteron
6.    Puberogen, dll.

Perlakuan Bagi Ikan yang disuntik Hormon
Setelah ikan yang telah matang gonad disuntik dengan hormon, diperlukan perlakuan tertentu agar penyuntikan itu berhasil. Antara lain adalah ikan yang telah disuntik sebaiknya dipisahkan antara jantan dan betina di bak terpisah agar tidak terjadi pemijahan secara liar.
Suhu air harus stabil dan cocok bagi ikan tersebut (untuk di Indonesia yang wilayah tropika suhu optimal itu 25-30oC). Suasana kolam harus tenang, tidak terganggu oleh kegaduhan/gangguan. Sinar tidak terlalu cerah, sebaiknya bak ditutup dengan bak hitam/gelap.  
Fertilisasi Buatan Dan Pemijahan Buatan
Berapa jangka waktu terjadi ovulasi setelah penyuntikan, ini tergantung/dipengaruhi oleh suhu air dimana ikan itu ditaruh setelah dilakukan penyuntikan. Semakin tinggi suhu air semakin cepat reaksi terjadi. Setiap jenis ikan mempunyai suhu optimal untuk perkembangan ovulasinya. Bagi ikan daerah tropika berkisar antara 22 – 28 C.
Dengan cara teknik penyuntikan hormon  itu, memungkinkan dilakukan 2 teknik berbeda pada ikan yaitu :
  1. Fertilisasi buatan (pembuahan buatan) dengan cara “stripping” yaitu mengeluarkan telur dan sperma ditampung dan dicampurkan di dalam suatu wadah, agar terjadi pembuahan (fertilisasi) secara buatan di dalam wadh tersebut secara terkontrol. Cara ini disusul dengan melakukan penetasan telur, pemeliharaan burayak (larva) menjadi benih ikan kecil (pendederan/pengipukan). Selanjutnya dibesarkan sampai menjadi benih ukuran glondongan, yang kesemuanya dilakukan secara terkendali (terkontrol) untuk dapat melindunginya dari serangan musuh-musuhnya, dari sifat air dan cemaran yang mematikan dan dari serangn penyakit, sehingga daya kehidupan anak-anak ikan dapat mencapai lebih tinggi untuk dapat dihasilkan anak ikan lebih banyak.
  2. Pemijahan buatan di tempat terkendali/terkontrol.
 Pada teknik ini, penyuntikan hormon ditujukan agar ikan mengalami tahap dimana bila dipertemukan dengan lawan jenisnya, ikan dapat kawin/memijah seperti lazimnya di dalam tempat tertentu yang diatur dan dipersiapkan oleh manusia. Selanjutnya dengan akal dan kemauan manusia/sipenyelenggara dapat melakukan langkah-langkah agar penetasan telur, pembesaran larva seterusnya menjadi benih gelondongan dapat dilakukan di dalam wadah dan kolam-kolam secara terkendali pula.
Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pemijahan
Setelah dilakukan injeksi-injeksi dengan dosis yang diperlukan oleh setiap spesies, masih diperlukan pula beberapa faktor eksternal agar ikan berhasil memijah/kawin. Faktor-faktor eksternal tersebut ialah :
  1. Suhu air harus dalam keadaan stabil dengan derajat suhu antara 22o-28o C untuk ikan – ikan di daerah tropis seperti Indonesia.
  2. Air harus mengandung cukup oksigen terlarut yang selalu cukup (5-7 ppm) dan cukup mengalir/berganti walaupun tidak terlalu deras.
  3. Tempat tidak terlalu cerah oleh sinar langsung. Bak/kolam diberi atap atau ditutup dengan kain penutup agar gelap.
  4. Bak/kolam sebaiknya ditempatkan ditempat terisolasi, jauh dari keramaian/gangguan kegaduhan.
  5. Sebaiknya setelah disuntik, ikan jantan dan betina dipisahkan didalam bak tersendiri. Nanti bila sudah hampir tiba saatnya memijah, barulah disatukan didalam kolam pemijahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Teknik Penyediaan Induk Ikan
1. Induk ikan dapat diperoleh dari berbagai cara  yaitu :
 1. Dengan menangkap induk dan calon induk dari alam, lalu   diperlihara di dalam lingkungan perkolaman agar induk-induk tersebut menjadi benar-benar teraklimatisasi dan sampi mengandung telur yang matang (matang gonad). Induk yang ditangkap dari alam biasanya masih bersifat liar, sehingga memerlukan waktu cukup lama untuk mendomestikasikannya. Misalnya dalam mempersiapkan induk ikan banding, arwana jelawat, patin dan lain sebagainya yaitu ikan-ikan yang belum biasa diternakkan.
2. Dapat juga mulai memelihara ikan dari ketika masih benih kecil/yuwana. Dipelihara di kolam dalam waktu yang cukup lama sampai mengandung telur/gonad yang matang. Cara ini dilakukan baik untuk ikan yang sudah biasa dibudidayakan maupun ikan liar yang baru akan didomestikasikan.
3.  Dapat juga induk yang ditangkap dari alam yang memang induk induk yang sudah matang atau hampir matang gonad.

Teknik Pemeliharaan Induk di Kolam
Cara pemeliharaan induk di kolam merupakan prasyarat untuk dapat memperoleh induk yang bermutu baik (artinya : sehat, terseleksi secara genetik dan terkontrol keturunannya, mempunyai fekunditas yang tinggi dan mutu telurnya baik serta daya tetas yang tinggi pula).
Oleh sebab itu faktor yang penting dalam  pemeliharaan induk ikan untuk keperluan perkembangan telurnya ialah kondisi lingkungan yang baik dan cocok serta pakan dalam kuantitas yang cukup dan berkualitas baik.
Hampir semua jenis ikan dapat dipelihara di dalam kolam sampai menjadi tingkat perkembangan gonad pada fase istirahat  yaitu telur pada fase dormant. Hanya saja untuk dapat memijah/kawin, tidak semua ikan dapat dengan mudah melakukannya, melainkan memerlukan perlakuan dan penanganan atau rangsangan khusus (induced spawning). Sebagai contoh, ikan asal sungai seperti grass carp, silver carp, dimana setelah dipelihara di kolam dan mengalami pematangn gonada (fase dormant) harus disuntik dengan hormon tertentu agar dapat mengalami ovulasi atau memijah.

Teknik Penetasan Telur
          Persyaratan air untuk penetasan telur adalah:
1.     Air harus jernih, sedikit mungkin mengandung lumpur, sebab lumpur dapat melekat pada telur dan menyebabkan pembusukan atau tertular bakteri.
2.    Air mengalir dan mengandung oksigen terlarut minimum 6 ppm. Derasnya aliran air di dalam wadah penetasan minimum 1 liter per detik. Aliran air yang keluar dari wadah akan membuang bahan-bahan kotoran terlarut yang mengganggu atau membahayakan kehidupan telur.
3.    Air tidak mengandung bahan-bahan pencemar, terutama bahan kimia, logam berat dan pestisida.
4.    Suhu dalam keadaan stabil yang berkisar antara 25-28ºC.
5.    Wadah untuk inkubasi telur harus dibuat yang sesuai dengan sifat telur yang ditetaskan.
Teknik Pemeliharaan Larva
Pada umumnya larva ikan mempunyai sifat-sifat sbb:
-      Organ tubuhnya yang belum sempurna
-      Ukurannya hanya beberapa mm saja (7-10 mm)
-      Mulutnya belum terbuka
-      Saluran pencernaan dan alat pernapasan belum berfungsi. Makanannya masih diserap dari sisa kantong kuning telurnya.
-      Belum mempunyai gelembung renang yang berisi udara, sehingga belum dapat mengatur posisi tubuhnya dalam air.
-      Gerakannya masih sangat lemah, banyak berdiam di suatu titik, menempelkan kepalanya pada benda-benda atau pada jenis ikan tertentu larva tergeletak saja di dasar perairan dan hanya sesekali menggerakan ekornya.
Larva tidak tahan terhadap sinar ultra violet yang terdapat pada sinar matahari secara langsung. Karena itu pada pemeliharaan larva (penderan) kolam harus diberi pelindung terhadap sinar ultra violet.

Tempat/Wadah Pemeliharaan Larva

Wadah untuk pemeliharaan larva disebut “pendederan” atau “ipukan”. Dapat berupa bak dari semen maupun kolam tanah biasa, yang kedalamannya 30-40 cm saja. Berhubung sifatnya masih lemah, maka bak atau kolam pendederan perlu diberi pelindung yaitu atap yang tembus cahaya untuk menghalangi sinar matahari langsung, agar suhu tidak terlalu berubah-ubah dan tidak terkena air hujan langsung yang dapat merubah sifat kimia air. Bila pendederan dilakukan di dalam kolam tanah, hendaknya dalam kolam itu dipasang pelindung dari pelepah daun kelapa yang di tancapkan di sekeliling kolam maupun di dalam kolam itu sendiri sebagai tempat berlindung bagi burayak.
Padat penebaran burayak dalam kolam pendederan berkisar antara 50-100 / meter persegi permukaan kolam. Bila dipergunakan bak semen yang volumenya tidak terlalu besar (10-20 ton), padat penebaran dapat dipertinggi hingga 500 ekor per meter persegi, tetapi harus dipasang aerator agar tidak kekurangan oksigen. Burayak peka terhadap kekurangan oksigen. Kadar oksigen dalam kolam ini hendaknya minimum 5 ppm.

Pakan Burayak

Pada hari pertama mulai makan (2-3 hari setelah menetas) burayak hanya dapat menangkap makanan yang ukurannya amat kecil dan gerakannya lambat. Pakan alami yang cocok bagi burayak pertama adalah Rotifera dan Protozoa.
Burayak umur 7-10 hari memakan zooplankton ukuran 100-200 mikron yaitu beberapa jenis cladosera kecil, dapat juga diberi pakan tambahan berupa katul halus.
Burayak umur 10-20 hari dapat memakan zooplankton ukuran besar yaitu Cladosera besar dan Copepoda. Disamping itu masih terus memakan Rotifera maupun Cladosera  kecil.
Pemeliharaan benih lanjutan biasanya dilakukan dalam tahap yang lamanya masing-masing 1-1,5 bulan.
Pembenihan tahap 1 adalah pindahan dari pendederan, setelah benih umur 3 minggu. Pada akhir masa pembenihan tahap 1 hasil benih ikan berukuran 6-8 cm, dapat dijual dengan harga yang lebih mahal; dan/atau dilanjutkan dengan pembenihan tahap 2.

Pembenihan tahap 2 juga dapat dilakukan di dalam kolam tanah atau petak sawah seperti pembenihan tahap 1 tadi. Lama pemeliharaan 1,5-2 bulan. Pada akhir masa pembenihan benih diperoleh benih ikan ukuran 10-12 cm dengan berat kira-kira 10-15 gram per ekor. Pada tahap pembenihan ini, pakan alami dengan pemupukan tak cukup dan penambahan pakan buatan merupakan keharusan agar benih ikan tidak kekurangan pakan dan dapat tumbuh pesat. Pakan buatan yang diberikan berupa pakan buatan pabrik dengan kandungan protein 25-30 % dengan ukuran remah (crumble) atau pellet kecil agar dapat ditelan oleh benih ikan itu.
Pemeliharaan selanjutnya adalah pembesaran benih/gelondongan besar menjadi ikan konsumsi.

III.  Teknik Pembenihan Beberapa Jenis Ikan Ekonomis Penting

1.   Teknik pembenihan Ikan Nila
2.   Teknik Pembenihan Ikan Gurame
3.   Teknik Pembenihan Ikan Kerapu
4.   Pakan Alami dan Buatan


 









Tidak ada komentar: